Laman

Senin, 09 Mei 2011

GENDANG BAWAK TUME

Cerita Rakyat:

GENDANG BAWAK TUME

Oleh : Drs. YAMARI GUMAY.

Konon disuatu daerah pedalaman terdapat suatu kerajaan, kerajaan ini diperintah oleh seorang raja yang arib lagi bijaksana, wilayah kerajaan ini sangat luas, terdiri dari dataran tinggi, lembah serta lautan yang luas, Rakyatnya rukun serta damai. Hubungan dengan negeri tetangga pun terjalin sangat baik, sehingga kerajaan ini sangat terkenal di negeri luar.

Pada suatu saat baginda Raja merasa hawatir karena dalam usianya yang sudah renta belum juga mempunyai anak laki-laki sebagai putra mahkota pewaris kerajaan. Baginda mempunyai dua orang puteri yaitu puteri sulung dan putri bungsu.

Suatu ketika puteri bungsu menderita sakit, kondisinya makin lama makin menurun, sehingga paduka mengumpulkan tabib untuk memberikan pertolongan kepada sang puteri, telah banyak tabib yang mencoba untuk memberikan pertolongan tapi sia-sia.

Disisi lain ada seorang pemuda yang terselamatkan dalam bencana besar, atas kehendak yang maha kuasa. Pemuda tersebut selamat dari bencana SERAMPU EMPAT, negerinya tenggelam bersama harta benda dan seluruh mahluk di negeri itu. Sang pemuda menyusup dalam “GENDANG BAWAK TUME” dan terdampar di suatu tempat yaitu sebuah kerajaan di bagian hulu. Disini sang pemuda menetap, dengan kemampuan yang dimilikinya ia dapat bertahan hidup dengan damai bersama-sama penduduk di pinggiran sungai. Pemuda ini mempunyai perilaku yang aneh, berjalan sendiri dari suatu kampung ke kampung yang lain dengan tidak ada tujuan.

Putri sulung bermimpi, bahwa ada seorang pemuda yang me ilung-ilung tinggal di pinggiran sungai “dapat memberikan pertolongan untuk dirinya”. Puteri bungsu menyampaikan mimpi ini kepada baginda Raja. Raja meminta pendapat penasehat tentang makna mimpi dan akhirnya di putuskan untuk segera mencari pemuda “me ilung-ilung” sebagaimana dalam mimpi. Diutus hulu balang untuk menjemput pemuda tersebut.

Tidak berapa lama hulu balang sampai ke kampung di pinggir sungai, betul adanya seorang pemuda tinggal sendiri tanpa sanak saudara. Hulu balang bertanya : siapa nama ? orang-orang disini memanggil dengan nama : Pemuda Suka me ilung-ilung. Dari mana ? hamba tidak ingat tuan, negeri kami ditimpa musibah/bencana besar, negeri kami tenggelam beserta semua harta dan makluk seisinya.

Baik, kami di perintah tuan raja untuk mengadapkan anda ke Istana. Sesampai di istana bagianda terkesima : begitu gagah dan tampannya pemuda ini. Selanjutnya di antar ke peristirahatan puteri bungsu, ternyata puteri bungsu dalam keadaan sakit. Apa yang harus saya lakukan paduka ? mendengar suara ini sang putri langsug bangun dan menatap pemuda suka me ilung-ilung, ayahanda bile pemuda ini dapat mengambilkan burung TAKUGH di kayu nggeris dalam keadaan hidup maka ia dapat memenangkan sayambara yang ayahanda umumkan beberapa bulan yang lalu. Baginda Raja menjelaskan tentang sayembara yang di umumkan beberapa bulan yang lalu, yaitu apabila ada seseorang yang dapat menangkap burung TAKUGH dI kayu nggeris dalam keadaan hidup ia akan di jodohkan dengan puteri bungsu. Sudah banyak pemuda yang mencoba untuk menangkap burung Takugh di kayu nggeris tapi selalu gagal. Pemuda me iling-ilung mencoba dengan kesaktian yang ia miliki dan dengan meminta / berdo’a kepada Yang Maha Kuasa/yang maha haqq. Pemuda menggenggam tanah lempung (merah) dan melemparkannye ke lubang (sarang) burung Takugh sebagai penutup dan berkata “Rebah” maka rebahlah kayu nggeris dan burung takugh dapat ditangkap hidup-hidup. burung Takugh di tangkap dan diserahkan kepada Puteri bungsu. Dengan suka ria putri bungsu menerima burung takugh yang ia idam idamkan.

Pesta pernikahan Putri Bungsu (Rapak Ijah) dengan pumuda me ilung-ilung dilaksanakan dengan meriah selama 7 hari 7 malam. Pada suatu hari yang tepat baginda raja menobatkan pemuda me ilung-ilung sebagai Putra Mahkota dan berhak menjadi raja yang selanjutnya di beri gelar SUKE MILUNG SAKTI.

Terima kasih dan nantikan cerita selanjutnya.

Penulis mohon ma’af jika ada kata-kata yang kurang berkenan dan atau tulisan yang tidak pantas untuk disajikan. Tujuannya tidak lain adalah meningkatkan silaturahmi anak cucu Masyarakat Keturunan Gumay.

Nara sumber : M. ROZIE SOIB (beta witir, Tumang Nantigiri);

Tidak ada komentar:

Posting Komentar